Tanjungpinang, (digitalnews) – Aliansi Penggiat Adat Budaya Melayu (APABM) Provinsi Kepri mempertanyakan fungsi motif dan makna dari ornamen yang sedang dikerjakan di Jembatan I Dompak.
Hal itu dipertegas oleh Koordinator APABM Kepri Fahru Ridha saat pertemuan di salah satu kedai kopi di depan Ramayana jalan Wiratno Tanjungpinang, Ahad (24/10/2021).
Menurut Eja sapaan akrabnya Koordinator APABM Kepri itu, sebuah ornamen didasarkan pada motif pola dan fungsi. Motif yang dipakai dalam pembuatan ornamen berasal dari geometris tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, dan kosmos/bentukan alam dan kreasi.
“Fungsi dan makna harus didasarkan filiosopi alamiah, sebagai perwujudaan ciptaan Tuhan YME sebagai pembelajaran yang melahirkan adat dan tradisi masyarakat,” katanya kepada awak media ini usai dari Jembatan Dompak.
Menurut Eja lagi, ornamen Jembatan I Dompak dari sisi tempat pembatas (pagar.red) sebaiknye motif tumbuh-tumbuhan yang digunakan.
“Melihat fakta di lapangan motif yang digunakan mirip dengan pucuk Rebong. Tetapi, kenapa peletakan gambar ornamen tersebut terbalik,” ujarnya.

Ia menjelaskan, Filosopi tumbuhan tetap ke atas sesuai kodrat alamiah tumbuh-tumbuhan. Ukiran ornamen Melayu Pucok Rebung dimaknai lambang kesuburan dan kehati-hatian di jalan.
“Contoh, tumbuh dari bumi ke langit, jangan dipijak karena tajam dan miang. Simbol hati-hati menurut ahli ornamen Raja Merdai,” ungkap Eja.
“Kalaupun motif yang digunakan adalah lebah bergayut tentu juge tidak sesuai penempatan, lebah bersarang di tempat yang tinggi tidak di pembatas/pagar,” tambahnya.
Eja berharap, letakkanlah kaedah fungsi dan makna pada tempatnya sesuai tunjuk ajar filosopi Melayu yang berbunyi ‘Adat Bersendikan Sarak, Sarak Bersendikan Kitabullah’ dan alam adalah fenomena Tuhan YME di dalam kehidupan.
Sementara, salah satu Penggiat Adat Melayu Raja Faisal menyebutkan, LAM mengundang aliansi untuk membahas fenomena ornamen tersebut bersama Dinas Kebudayaan dan PUPR pada Senin (25/11/2021) mendatang.
“Saye harap, jadilah tuan di negeri sendiri dantetap berpegang pada adat dan tradisi. Kalau tidak kita siapa lagi? Salam Aliansi Pengiat Adat Budaya Melayu (APABM) Kepri,” imbuhnya. (*)
Penulis: Era