Tanjungpinang, (digitalnews) – Perbedaan Closing statement atau pernyataan penutup yang disampaikan Calon Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah dan Rahma saat debat kandidqt yang ditaja KPU Tanjungpinang, Sabtu (19/10/2024) di Hotel CK, Km 8 atas, wilayah setempat.
Pernyataan Lis jauh bermutu dibanding Rahma. Pasalnya, Lis, bicara lebih kepada penegasan visi misi dan program unggulan, sebagai tanggung jawab dalam memberikan dan menghadirkan kesejahteraan masyarakat Tanjungpinang.
Sementara, Rahma, berupaya lebih menegaskan dirinya sebagai figur yang anti korupsi dan menolak dinasti politik. Tak heran, pernyataan Rahma yang menyinggung soal korupsi dan dinasti politik dalam closing statement-nya, justru mengundang pertanyaan.
Hal ini, mengingatkan kembali ingatan publik terhadap berbagai peristiwa selama Rahma menjabat Wali Kota Tanjungpinang, apakah sudah menunjukkan sikap tegas dengan dua hal itu: anti korupsi dan dinasti politik.
Dari catatan, Rahma, semasa menjabat, sisa masa jabatan 2018-2023, pernah dilaporkan ke kejaksaan terkait dugaan korupsi dalam kasus Tambahan Penghasilan Pegawai Aparatur Sipil Negara (TPP ASN).
Karena, Rahma diduga menerima uang negara sebesar Rp2,7 miliar, yang bukan haknya, karena walikota adalah pejabat negara, bukan ASN.
Uang yang bersumber dari APBD Tanjungpinang, Rahma kumpulkan dari kurun waktu tahun 2020 hingga 2021, atau sejak Rahma menjabat sebagai Pelaksana tugas (Plt) wali kota hingga menjadi wali kota definitif.
Tiap bulan, Rahma menerima transfer Rp102 juta, selama tahun 2020, dan Rp98 juta pada tahun 2021.
Seharusnya, Rahma menolak uang tersebut, karena diperuntukkan bagi ASN, dan Rahma sendiri bukan ASN, sehingga tak ada dasar untuk menerima uang tersebut. Karena, bertentangan dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Namun, sebelum diperiksa penyidik, Rahma buru-buru mengembalikan uang dugaan korupsi tersebut, yang menjadi alasan kejaksaan, untuk meloloskan Rahma dari jeratan pidana.
Terkait komitmen penolakan dinasti politik, ketika Rahma menjabat wali kota, menggantikan almarhum Syahrul, ia juga mengangkat suaminya sendiri, Agung Wira Darma, sebagai Ketua PKK Tanjungpinang, yang dilantik pada tahun 2021.
Rahma, juga punya kembaran bernama Rohani, yang pernah menjabat Anggota DPRD Karimun dan kini menjabat sebagai Anggota DPRD Provinsi Kepri.
Hubungan keluarga dalam jabatan publik ini, semakin menegaskan, bahwa klaim Rahma menentang dinasti politik, hanya sebagai basa-basi semata.
Selain itu, Rahma tercatat seorang kader Nasdem, dimana Ketua Nasdem Kepri, Muhammad Rudi yang saat ini sebagai Cagub Kepri, juga punya keluarga dalam jabatan politik.
Istrinya, M Rudi, yakni Marlin Agustina, menjabat Wakil Gubernur Kepri, 2020-2024, dan anaknya Randi Zulmariadi menjabat Anggota DPRD RI, priode 2024-2029.
Jika Rahma tidak sepakat dengan dinasti politik, sebaiknya harus dibuktikan dari sikap dirinya sendiri, jangan hanya asal bunyi atau akrab di sebut asbun. Rahma harus berani keluar dari Nasdem, dan tegas menolak diusung Partai Nasdem, karena pimpinannya juga membangun dinasti politik.
Mudah-mudahan penjelasan ini menjadi pencerahan bagi masyarakat Tanjungpinang, agar lebih memahami siapa calon pemimpin yang benar-benar tulus membangun Tanjungpinang, dan siapa yang hanya didorong hasrat berkuasa.

Sebelumnya, KPU Tanjungpinang menggelar Debat Publik Pilwako Tanjungpinang. Debat perdana yang mengusung tema: “Mewujudkan Kota Tanjungpinang yang Sejahtera, Berbudaya, Sehat, dan Berbasis Ekonomi Biru sebagai Smart City yang Berkelanjutan”, berlangsung seru.
Selama debat, Paslon nomor urut 2, Lis-Raja lebih menguasai panggung yang terlihat cukup memahami berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat, dengan memberikan solusinya melalui visi-misi dan program unggulan yang telah dijelaskan pada sesi pertama.
Mengawali closing statement-nya, Cawako Tanjungpinang, Lis, menyapa Suryatati A. Manan, mantan wali kota dua periode dan Juwaryah, istri mantan wali kota, almarhum Syahrul, yang hadir dalam debat perdana itu.
“Terima kasih kepada senior saya, guru saya, Ibu Hj. Suryati A. Manan, mantan Wali Kota Tanjungpinang dan di sini hadir juga Ibu Hj. Juwaryah, istri daripada almarhum Bapak H.Syahrul, mantan wali kota, yang kami cintai. Terima kasih atas kehadiran dalam acara debat malam ini,” ujarnya, membuka pernyataannya.
Lis, juga menyampaikan rasa syukur atas doa dan dukungan warga Tanjungpinang, untuk pencalonan Lis-Raja sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang di Pilkada 2024.
“Untuk masyarakat Tanjungpinang yang kami cintai, kami berterima kasih atas segala dukungan yang telah diberikan kepada kami. Kami hadir sebagai putra daerah, berkomitmen untuk bekerja demi kemaslahatan negeri dan masyarakat,” ucapnya, dengan sopan.
Lis mengungkapkan tagline “Tanjungpinang Berbenah” mencerminkan, niat Lis-Raja untuk memperbaiki keadaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tanjungpinang.
Hal itu terlihat dari visi dan misi serta program unggulan yang bertujuan untuk menjadikan Tanjungpinang, sebagai ibu kota Provinsi Kepri, agar setidaknya sejajar, bahkan menjadi lebih baik dari kota-kota lainnya.
“Kami ingin anak-anak kita menikmati pendidikan tanpa beban biaya, dan orang tua dapat menikmati masa tua dengan bahagia. Kami ingin menciptakan peluang kerja yang cukup, sehingga generasi muda tidak perlu merantau ke luar daerah,” sebut Lis.
“Ini adalah harapan kita bersama. InsyaAllah, kami akan mewujudkannya jika mendapat dukungan dan kepercayaan dari masyarakat,” pungkasnya.
Sementara, Paslon Rahma-Rizha, dalam pernyataan penutupnya, Rahma menegaskan, komitmen pasangan Rahma-Riza untuk terus memperjuangkan Tanjungpinang sebagai kota berbudaya dan sejahtera.
Awalnya, Rahma mengucapkan terima kasih kepada seluruh penyelenggara Pilkada 2024, termasuk ketua KPU dan semua yang hadir dalam acara debat publik.
Kemudian, Rahma mengatakan, bahwa kepemimpinan tidak hanya bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tetapi, di sisi lain, Rahma justru ingin berusaha mendatangkan anggaran pusat dengan cara menjalin lobi ke pemerintah pusat.
Rahma juga menegaskan akan berkomitmen untuk melawan praktik korupsi dan tidak membangun dinasti politik.
“Kami berjuang untuk tidak mengambil hak orang lain dalam bentuk korupsi. Amanah ini kami pegang semata-mata untuk kemajuan Tanjungpinang,” ujarnya, tegas.
“Saya tidak akan membangun dinasti. InsyaAllah, bila saya terpilih saya serahkan estafet kepemimpinan kepada orang lain yang layak. Saya tidak punya keluarga yang namanya jabatan politik, menjadi pemimpin berikutnya,” tutup Rahma. (*)
Penulis: Red