Padang, (digitalnews) – Permasalahan ketersediaan air bersih masih menjadi isu penting di berbagai daerah di Indonesia. Data dari WHO (2022) menunjukkan, bahwa sekitar 1,7 miliar orang di dunia menggunakan sumber air yang terkontaminasi tinja. Sedangkan UNICEF (Tahun 2022) melaporkan, bahwa lebih dari 70% sumber air rumah tangga di Indonesia telah tercemar limbah domestik dan bahan kimia.
Kondisi ini, menuntut adanya teknologi filtrasi yang efektif, ramah lingkungan, dan dapat diaplikasikan secara sederhana oleh masyarakat.
Melihat permasalahan tersebut, Tim Mahasiswa Universitas Andalas (UNAND) mengembangkan penelitian inovatif berbasis limbah serabut pinang (Areca catechu L.) sebagai bahan dasar pembuatan membran penyaring air antibakteri. Serabut pinang dipilih karena mengandung kadar selulosa yang tinggi dan ketersediaannya melimpah, namun selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Melalui pendekatan teknologi nanoselulosa, limbah tersebut diubah menjadi material bernilai tambah tinggi yang berpotensi digunakan dalam sistem penyaringan air.
Riset yang dipimpin oleh Laila Rahmawati bersama timnya, Syalki Habib Akbar, Nova Ramadhani, dan Fatimah Syahril, dengan dosen pembimbing, Daimon Syukri,S.Si., M.Si.,Ph.D, ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE). Inovasi tersebut dikembangkan di Fakultas Teknologi Pertanian UNAND sejak pertengahan tahun 2025.
Dalam riset ini, serabut pinang yang diambil dari petani di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, diolah melalui serangkaian proses kimia, seperti: mulai dari delignifikasi, bleaching, hidrolisis asam, hingga asetilasi untuk menghasilkan selulosa asetat.
Selanjutnya, bahan tersebut dikombinasikan dengan nanopartikel Fe₃O₄, yang dikenal memiliki kemampuan mengadsorpsi logam berat dan membunuh bakteri.
Hasil riset menunjukkan, bahwa seluosa asetat yang dikombinasikan dengan nanoFe3O4 dengan penambahan 0,25–0,5% mampu menyaring bakteri secara optimal dengan penurunan jumlah bakteri coliform sekitar 95%.
Menurut TIM PKM ini, keunggulan teknologi itu terletak pada dua aspek utama, yakni: sifat biodegradable karena berbasis bahan alami, serta kemampuan antibakteri, dan adsorpsi tinggi dari partikel magnetik Fe₃O₄.
“Riset ini juga sejalan dengan semangat ekonomi sirkular, yakni memanfaatkan limbah lokal menjadi produk bernilai tambah. Sumatera Barat sendiri merupakan salah satu penghasil pinang terbesar di Indonesia, dengan produksi mencapai lebih dari 8.000 ton per tahun (BPS, 2024),” kata Ketua Tim, Laila Rahmawati, kepada awak media ini, Selasa (21/10/2025).
Kemudian, lanjut Laila, jika dikembangkan lebih lanjut, membran ini berpotensi digunakan untuk penyaringan air rumah tangga, bahkan, pengolahan limbah industri.
“Inovasi ini membuktikan bahwa kreativitas mahasiswa dapat memberikan solusi nyata bagi persoalan lingkungan,” sebutnya.
Selain riset laboratorium, tim juga aktif membagikan edukasi mengenai pentingnya pengolahan air bersih dan pemanfaatan limbah pertanian melalui akun media sosial @pkmre.pinter di Instagram dan TikTok.
Ke depan, tim berencana menyempurnakan struktur membran agar memiliki daya tahan mekanik lebih baik. Tim berharap inovasi ini tidak berhenti di laboratorium saja, tapi bisa diterapkan langsung di masyarakat. (*)
Penulis: Tim PKM-RE PINTER
Editor: Novendra