Gerry Yasid: Pendidikan Penentu Bonus Demografi Kedepan

by -59 views
Balon DPD RI Gerry Yasid saat menyambut salam Generasi Muda Indonesia
Balon DPD RI Gerry Yasid saat menyambut salam Generasi Muda Indonesia

Tanjungpinang, (digitalnews) – Untuk menyongsong Indonesia Emas 2045, negara kepulauan ini memiliki bonus demografi. Oleh karena itu, tugas sebagai warga negara mesti mampu berperan membangun sumber daya manusia Indonesia yang kompetitif.

Hal ini dikatakan oleh Bakal Calon (Balon) Anggota DPD RI daerah pemilihan (Dapil) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Gerry Yasid, S.H,.M.H pada acara syukuran peresmian Rumah Aspirasi Gerry Yasid di Jalan R.H Fisabilillah, Km 8 atas, Kota Tanjungpinang, Jum’at (30/06/2023).

Ia memaparkan, bonus demografi merupakan kondisi saat struktur penduduk Indonesia didominasi oleh kalangan usia produktif, dan hanya terjadi sekali dalam sejarah sebuah bangsa.

“Bonus itu dapat tercapai apabila kuantitas penduduk diiringi dengan kualitas yang baik. Suplai tenaga kerja produktif yang besar, diimbangi dengan lapangan pekerjaan memadai, yang akan meningkatkan pendapatan perkapita,” ujar mantan Kajati Kepri itu.

Kemudian, kata Gerry, tersedianya tabungan rumah tangga diinvestasikan untuk kegiatan produktif. Jumlah anak sedikit, memungkinkan perempuan memasuki pasar tenaga kerja, dan akan meningkatkan pendapatan.

“Kualitas pendidikan merupakan komponen utama dalam menentukan keberhasilan bonus demografi. Karena, dengan pendidikan, akan mengubah pola pikir suatu bangsa, menjadi lebih baik dan terarah,” terangnya.

Balon DPD RI Gerry Yasid saat peresmian dan syukuran Rumah Aspirasi
Balon DPD RI Gerry Yasid saat peresmian dan syukuran Rumah Aspirasi

Menurut Gerry, untuk meningkatkan kualitas anak muda, tentu dengan memberikan kesempatan pendidikan seluas-luasnya. Tersedianya akses pendidikan dengan sarana prasarana lengkap, dan tenaga pendidik yang berkualitas, akan menciptakan masyarakat peserta didik yang berkualitas.

Selanjutnya, ada tiga komponen penting dalam mendukung kemandirian bangsa dan mendukung daya saing. Yakni, sains, teknologi, dan inovasi.

“Berdasarkan Peringkat Indeks, Daya Saing Global tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ke 50 dengan nilai Indeks sebesar 64,6 persen. Oleh karena itu, Rumah Aspirasi ini kita realisasikan,” ungkap Gerry.

“Selain untuk menampung aspirasi masyarakat, rumah bersama ini juga berfungsi sebagai wahana untuk menyeleksi generasi emas yang kompetitif dan berkualitas,” sambungnya.

Generasi muda Indonesia saat sungkem ke Ketua Tim Kepri Bergema Huzaifa Dadang
Generasi muda Indonesia saat sungkem ke Ketua Tim Kepri Bergema Huzaifa Dadang

Menurut Gerry lagi, berdasarkan riset, Indonesia akan memperoleh bonus demografi setelah genap berusia 100 tahun pada tahun 2045 mendatang.

“Kesempatan ini seharusnya dapat digunakan untuk mengoptimalkan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat untuk memajukan bangsa,” tuturnya.

Kesempatan yang ia maksud adalah momentum untuk mengurangi angka pengangguran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Namun, tantangannya adalah sampai saat ini Indonesia masih memiliki beragam permasalahan dari berbagai aspek.

“Diharapkan peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah mampu melahirkan dan mencetak generasi muda Indonesia yang benar-benar siap menghadapi bonus demografi ini,” sebut Gerry.

“Mari bekerja bersama dan mendukung seluruh upaya pemerintah dalam mempersiapkan generasi muda untuk menyokong indonesia emas tahun 2045 mendatang,” tambahnya menyemangati.

Tetapi, lanjut Gerry lagi, bonus demografi ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu adanya komitmen dari pemerintah sebagai pemegang kebijakan serta terlibatnya masyarakat sebagai agen perubahan.

“Apabila kedua komponen ini sudah satu visi maka dapat diyakini Indonesia Emas 2045 bisa benar-benar terwujud,” harapnya.

Sementara, pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu dengan jumlah penduduk Indonesia 70 persennya dalam usia produktif (15-64 tahun.red), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun.red) pada periode tahun 2020-2045.

“Namun, yakinlah generasi masa depan Indonesia adalah generasi yang cerdas dan mau menerima perubahan, tentu dengan harus menerapkan hal itu sejak dini,” pungkas Gerry. (*)

Penulis: Era

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.